Situs tempat gaul dan temu canda para siswa-siswi, dan Alumni SMA/SMU Negeri 65, Jakarta Barat.
TANPA terkecuali!.
Silahkan bergabung di milis smun65 dengan mengirim email kosong ke smun65-subscribe@yahoogroups.com

Thursday, January 19, 2006

SMA 65 di majalah Hai-Online

Berikut adalah berita mengenai sma 65 di majalah hai-online, sudah lama dan mungkin sudah basi, anyway mungkin bisa jadi reference kita-kita yg sudah alumni dan ngga tahu banyak mengenai perkembangan/berita sekolah kesayangan kita ini.

Fasilitas sekolah - Kok belum pernah pas?

SPP naik, fasilitas mentok. Sementara kebutuhan penunjang kegiatan belajar mengajar makin bertambah.

"Buset, kayaknya perpus di sekolah gue harus di perbaharui tuh bukunya. Abis bukunya itu-itu aja dari dulu. Bosen ah!" teriak Ryo dari SMA 91 Pondok Kelapa.

Selain soal perpus, masih banyak temen kita yang merasa belum puas dengan fasilitas yang diberikan sekolah. Jangankan fasilitas lain, kadang fasilitas kelas pun terlihat udah nggak layak lagi.

Udah gitu, jaman serba KBK (Kurukulum Berbasis Kompetensi) ini, uang SPP pun sok ikut-ikutan naik pula kayak harga BBM. Malah semenjak kurikulum baru itu dilepas tahun 2004, beberapa sekolah langsung ngalamin kenaikan SPP. Sejauh ini sih kenaikannya sekitar 25 persen.

"Waktu angkatan gue, uang SPP-nya masih 120 ribu rupiah per bulan. Tapi pas gue tanya junior gue, SPP-nya udah naik jadi 150 ribu rupiah," kata Agiel yang jebolan SMA 93 Jakarta.

Waduh, wajar aja kalo banyak yang ngeluh soal fasilitas sekolah. "Udah bayar mahal, tapi kok cuma dapet segini aja fasilitasnya. Kemana aja tuh duitnya?" teriak temen kita dari salah satu sekolah di Jakarta Pusat yang nggak mau disebut namanya.

Kekecewaan sama pihak sekolah bertambah lagi pas denger berita penyimpangan dana beasiswa yang dialami adik-adik kita dari SMP 232 Pulo Gadung awal Maret lalu. Menurut kabar yang dilansir beberapa media cetak, dana beasiswa yang harusnya membiayai 798 anak yang kurang mampu, hanya diterima 82 orang. Sisanya ternyata dibelikan TV dan AC untuk ruang Kepala Sekolahnya. (Udah gila ya pak? Kalo gini bukan guru kencing berdiri, murid kencing berlari lagi dong namanya!)

BERTAHAN

Tapi jangan keburu nafsu dulu sama pihak sekolah jack! Soalnya nggak semua sekolah, aneh kayak gitu. Udah banyak juga lho sekolah yang mencoba memenuhi kebutuhan fasilitas kita.

Contohnya, SMA 1 Jakarta. Semenjak KBK digulirkan, sekolah yang dijadiin proyek percontohan kurikulum ini udah berbenah jadi sekolah full fasilitas kegiatan belajar mengajar.

Tempo hari, Hai main ke sana. Keliatan fasilitas kayak komputer dan ruang serba guna udah digunakan secara maksimal. "Bahkan sekarang anak-anak di sini, bebas memakai internet setelah pulang sekolah. Mereka bisa mencari bahan-bahan untuk tugas keesokan harinya," kata U. Rachmat, Wakil Kepala Sekolah SMA 1 Jakarta.

Beberapa anak di SMA 1 Jakarta memang terlihat sedang browsing internet di ruang komputer. Malah di kelas sebelahnya, sedang ada presentasi dengan menggunakan proyektor. Kerasa banget semua fasilitas di sekolah ini berfungsi.

Begitulah kalo jadi sekolah percontohan.

Agak berlainan dengan suasana tadi, SMA 65 tetep berusaha bertahan dengan segala keterbatasannya. Sekolah "mungil" di kawasan Kebon Jeruk ini adalah salah satu sekolah unggulan di Jakarta Barat, bahkan Jakarta. Namun dengan segala keterbatasannya, sekolah ini tetep bisa menjadi kualitasnya sebagai sekolah unggulan. Tahun lalu, Nilai NEM siswa masuknya mencapai nilai tertinggi 26 dan terendah 23 (Nilai rata-rata 3 mata pelajaran UAN 8).

sma 65, smu 65, sman 65, smun 65, enamlima, jakarta, barat,kebon jeruk, kelapa dua."Sekolah ini unik, kecil tapi berprestasi. Jadi apa yang kami punya, kita maksimalkan. Kalo dibilang kurang, ya pasti kita selalu kurang dalam hal fasilitas," kata Pak Hupni Pohan, Kesiswaaan SMA 65.

Dengan 15 ruang kelas, laboratorium Fisika, Biologi, Kimia plus ruang komputer, sekolah ini termasuk sekolah yang survive dengan fasilitas yang rada minim. "Di perpus masih ada majalah tahun ‘70-an gitu. Wah nggak up to date banget tuh," kata Rizki, siswa kelas 2. (Bukannya sekarang lagi jamannya retro ya?)

"Gue salut juga sih sama pihak sekolah. Walaupun belum maksimal, tapi usahanya nyediain fasilitas udah pesat banget dibandingin tehun sebelumnya. Paling tinggal Lab bahasa doang nih," kata Echa temen satu sekolah Rizky.

Rizky yang juga aktif di OSIS, sering banget ngomongin fasilitas sekolah ke pihak sekolah. Tapi mungkin emang subsidi dari pemerintah tuh seret dan lama datengnya. Makanya Rizky cs cuma dapet jawaban: "Anggarannya belum turun."

Di SMA 29, papan tulis kelas emang udah diganti dengan white board. Tapi pengadaan spidol justru selalu datang dari kas kelas. "Kami selalu ngeluarin dana dari kas kas untuk beli isi ulang spidol. Mungkin sekolah lagi ngirit kali ya?" ujar Fandri. Iya kali!

SUMBER DANA

Emang dari mana sih dana yang diperoleh sekolah untuk membiayai fasilitas? Asal tau aja nih. Pemerintah tuh hanya mengalokasikan dana setiap tahunnya sekitar 3 sampai 5 juta rupiah untuk setiap sekolah umum. Untuk SMK dananya sekitar 11 juta rupiah. (Sumber dari www.depdiknas.co.id). Sementara, kebutuhan tiap sekolah akan penambahan fasilitas kegiatan belajar mengajar pasti lebih dari itu.

"Kami tidak ingin minta-minta terus ke pemerintah. Makanya kami bertahan dengan dana mandiri dari Komite Sekolah," jelas Ibu Sukamsih, Humas SMA 65.

Yang dimaksud dengan Komite Sekolah adalah pihak-pihak yang terdiri dari orang tua murid, tokoh masyarakat dan pengurus OSIS. Mereka inilah yang akhirnya berjuang mencari dana-dana untuk terus memperbaharui fasilitas sekolah. "Tapi kalo memang masih kurang, ya beginilah adanya," kata Ibu Sukamsih rada pasrah.

Jadi, udah tau kan kenapa sekolah kita selalu kekurangan kan? Padahal mungkin masih banyak kebutuhan lain dari temen-temen kita yang penting. Laboratorium bahasa dan internet aja sampai sekarang harus tertunda dulu di SMA 65. Mungkin begitu juga di sekolah-sekolah lainnya yang mungkin udah syukur punya kelas untuk belajar.

"Gue juga pengen sekolah gue ada studio musiknya. Kayak di sekolah lain. Bisa nggak ya?" impi Rizky.

Harapan kita tentunya ada di pemerintah. Menteri Pendidikan terdahulu Malik Fadjar, pernah mengusulkan menaikkan anggaran pendidikan menjadi dua kali lipat dari 16,9 triliun rupiah menjadi 31,3 triliun. Akhirnya, sewaktu Bambang Sudibyo terpilih jadi Mendiknas, angka itu pun turun menjadi 20,1 triliun.

Dana itu diharapkan bisa meneruskan program penuntasan wajib belajar sembilan tahun meliputi perluasan akses belajar. Di antaranya perbaikan dan penambahan sarana belajar seperti sekolah dan ruang kelas, perbaikan mutu berupa pengembangan alat pendidikan, serta penataan manajemen sekolah melalui pengembangan manajemen berbasis sekolah.

Indahnya kalo itu bisa kejadian beneran. Mungkin kalo fasilitas belajar mengajar udah terpenuhi, Rizky baru bisa mengajukan studio musik impiannya itu ke pihak sekolah. Amiin...

1 comment:

Anonymous said...

kalo bisa bikin data nya yg lengkap. tentang smu ini. dan juga alumni nya, dari angkatan pertama hingga akhir semua ada biodata berikut foto-fotonya. juga foto-foto bangunan sekolah atau fasilitasnya.. :p

kan kalo terlihat rapi dan lengkap pasti banyak siswa siswi smp yang akan tertarik untuk meneruskan pendidikannya ke smu 65 yang katanya berprestasi ini. :)